Routing Protocol dan Algoritma Routing: RIP, OSPF, BGP, EIGRP, Bellman-Ford & Dijkstra

Perbandingan Protokol Routing & Algoritma Penentuan Jalur

Perbandingan Routing Protokol
Algoritma Routing

Berdasarkan studi oleh Tayeb & Latifi (2017), EIGRP menunjukkan kinerja unggul dalam hal konvergensi cepat, penggunaan CPU yang rendah, dan dukungan metrik kompleks untuk routing berbasis energi dan jitter. Ini menjadikannya kandidat kuat untuk pengganti protokol link-state dalam jaringan kampus dan enterprise berskala besar


✦ Bellman-Ford:
Dalam jurnal oleh Tayeb & Latifi (2017), Bellman-Ford diidentifikasi sebagai algoritma yang sederhana dan umum digunakan dalam protokol berbasis distance vector seperti RIP. Namun, karena mekanisme periodik dan konvergensi lambat, algoritma ini kurang efisien untuk topologi besar dan kompleks.
✦ Dijkstra:
Penulis jurnal menyebutkan bahwa algoritma Shortest Path First (SPF), turunan dari Dijkstra, menawarkan performa lebih tinggi dan cepat dalam jaringan dengan banyak node. SPF unggul dalam jaringan enterprise seperti OSPF karena kemampuannya dalam menghitung topologi secara menyeluruh dan loop-free

Perbandingan Protocol Routing (RIP, OSPF, BGP, EIGRP)

Routing protocol adalah sistem yang memungkinkan router saling bertukar informasi agar dapat menentukan jalur terbaik untuk mengirimkan paket data ke tujuan. Dalam implementasi jaringan modern, terdapat berbagai jenis protokol routing yang digunakan, masing-masing dengan karakteristik yang unik dalam hal cara kerja, algoritma yang digunakan, serta skenario penggunaan yang cocok.

Empat protokol utama yang dibahas dalam bagian ini adalah:

  • RIP (Routing Information Protocol)
  • OSPF (Open Shortest Path First)
  • BGP (Border Gateway Protocol)
  • EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol)
ASPEKRIPOSPFBGPEIGRP
Jenis ProtokolDistance VectorLink StatePath VectorHybrid (Distance Vector + Link State)
Algoritma yang DigunakanBellman-FordDijkstraPath Vector (BGP uses AS path for routing decisions)DUAL (Diffusing Update Algorithm)
Cara KerjaMenggunakan hop-count untuk menentukan rute terbaik, namun terbatas pada 15 hopMembangun peta lengkap jaringan, mengirimkan update status linkBertukar informasi antar Autonomous System (AS), digunakan antar ISPMenggunakan metric kompleks berdasarkan bandwidth, delay, dll
Kelebihan– Mudah dikonfigurasi dan diterapkan
– Sangat cocok untuk jaringan kecil hingga menengah
– Skalabel dan efisien
– Cepat dalam konvergensi
– Menggunakan algoritma Dijkstra yang akurat
– Digunakan untuk routing antar jaringan besar dan antar ISP
– Memungkinkan kebijakan routing yang sangat spesifik
– Cepat dalam konvergensi
– Menggunakan kelebihan distance vector dan link state
Kekurangan– Hanya cocok untuk jaringan kecil
– Terbatas pada 15 hop
– Konvergensi lambat
– Kompleks dan sulit dikonfigurasi
– Memerlukan lebih banyak sumber daya (CPU, memori)
– Lambat dalam konvergensi
– Tidak cocok untuk jaringan kecil
– Konfigurasi lebih kompleks
– Eksklusif untuk perangkat Cisco
– Sulit untuk dipahami bagi pemula
Waktu KonvergensiLambatCepatLambatCepat
SkalabilitasTidak skalabel untuk jaringan besarSangat skalabelSkalabel untuk jaringan besar dan globalSkalabel, terutama dalam lingkungan Cisco
Penggunaan yang TepatJaringan kecil hingga menengah dengan kebutuhan sederhanaJaringan besar, terutama dalam organisasi yang membutuhkan efisiensi dan kecepatanJaringan antar ISP atau antar Autonomous System besarJaringan perusahaan yang menggunakan perangkat Cisco

Kesimpulan dan Rekomendasi Penggunaan

  • RIP cocok digunakan untuk jaringan kecil dengan topologi sederhana, di mana kemudahan konfigurasi lebih diutamakan daripada efisiensi atau skalabilitas. Namun, tidak direkomendasikan untuk jaringan yang lebih besar atau kompleks.
  • OSPF adalah pilihan ideal untuk jaringan besar dan kompleks yang membutuhkan efisiensi dalam pengelolaan dan kecepatan dalam konvergensi. Sangat cocok untuk jaringan perusahaan atau kampus besar.
  • BGP digunakan untuk menghubungkan jaringan antar Autonomous System, seperti yang ditemukan dalam routing antar ISP. Meskipun konfigurasi dan konvergensinya lebih lambat, BGP sangat diperlukan untuk internet global dan jaringan antar perusahaan besar.
  • EIGRP cocok digunakan di lingkungan Cisco karena kecepatan konvergensi yang tinggi dan fleksibilitas dalam konfigurasi. Ini adalah pilihan yang tepat untuk jaringan perusahaan besar yang mengutamakan kinerja tinggi dan manajemen jaringan yang efisien.

Algoritma Routing

Routing dalam jaringan komputer tidak hanya bergantung pada protokol, tetapi juga pada algoritma yang digunakan untuk menghitung jalur terbaik antar node. Dua algoritma paling fundamental dan banyak digunakan adalah Bellman-Ford dan Dijkstra. Keduanya memiliki pendekatan berbeda dalam menentukan rute optimal dan digunakan oleh protokol yang berbeda pula.

Algoritma Bellman-Ford

Algoritma Dijkstra (Shortest Path First)

Digunakan oleh :

Routing Information Protocol (RIP) dan protokol distance vector lainnya

Cara Kerja
  1. Setiap Router menyimpan tabel jarak semua jaringan tujuan
  2. Router secara berkala mengirim seluruh tabel routing ke router tetangga
  3. Untuk setiap entry tujuan, router akan membandingkan nilai metrik atau jumlah hop dari tabel tetangganya
  4. Jika ditemukan jalur dengan jumlah hop lebih sedikit, maka entry akan diperbarui
Kelebihan:
  1. Sederhana dan mudah diimplementasikan
  2. Update dilakukan hingga tidak ada perubahan nilai jarak
Kekurangan:
  • Konvergensi lambat.
  • Rentan terhadap masalah seperti routing loop dan count-to-infinity.
  • Tidak cocok untuk jaringan besar.
Digunakan oleh :

Open Shortest Path First (OSPF) dan protokol link state lainnya.

Cara Kerja
  1. Setiap router pertama-tama mengumpulkan informasi lengkap topologi jaringan dari semua router lainnya dalam bentuk Link State Database (LSDB).
  2. Router menjalankan algoritma Dijkstra untuk mencari jalur terpendek dari dirinya ke semua node.
  3. Algoritma membangun pohon jalur terpendek (Shortest Path Tree) berdasarkan metrik (misalnya bandwidth, delay, cost).
Kelebihan:
  1. Cepat dan akurat.
  2. Konvergensi tinggi dan minim loop.
  3. Cocok untuk jaringan besar dan kompleks.
Kekurangan:
  • Membutuhkan informasi topologi lengkap (LSDB).
  • Mengonsumsi lebih banyak memori dan CPU.